Asal-usul Tragis Desa Makamhaji di Sukoharjo: Sebuah KISAH SANGAT MENYAKITKAN


, SUKOHARJO

– Makamhaji merupakan nama sebuah desa yang terletak di kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Di area kampung ini terletak Kampus V Departemen Pendidikan Teknik Kejuruan UNS, dan juga Rumah Sakit UNS.

Sementara itu, terdapat juga jalur underpass yang memungkinkan konektivitas antara Kota Surakarta dan Boyolali melalui Kartasura.

Banyak Tribuners mungkin penasaran tentang asal-usul nama Desa Makamhaji dan apakah terdapat cerita-cerita mistis di baliknya.


Sejarah Terminal Tirtonadi di Solo, Nama Ini Terkenal Lewat Lagu yang Diciptakan oleh Didi Kempot dan Gesang

Melansir dari

Sonora.id

Asal-usul Makamhaji tidak terlepas dari kehadiran dua tokoh penting, yakni Haji yang dikenal dengan nama Kiai Haji Abdul Khodir serta Dewi Lung Ayu, sang puteri dari Sultan Hadiwijaya, raja Keraton Pajang pada masa tersebut.

Telah diketahui bahwa Dewi Lung Ayu terpukau oleh Kiai Haji Abdul Khodir yang populer karena kegantengannya.

Menurut postingan yang dibagikan oleh sejarawan KMRT L Nuky Mahendranata Nagoro alias Kanjeng Nuky melalui akun Instagram pribadinya, Kiai Haji Abdul Khodir berperan sebagai pengajar kitab suci di Istana Pajang.

Abdul Khodir dikenal telah berhenti dari tugasnya sebagai guru di istana karena khawatir Raja akan mengetahui hubungan romantis yang terjalin antara putri kerajaan dan orang awam.

Raja Hadiwijaya mendengar bahwa gurunya di mesjid tak kunjung muncul di istana dan jadi ingin tahu penyebabnya. Ia kemudian memberi perintah kepada pasukannya agar menjumpai rumah sang guru dengan tujuan bertanya alasannya absen dari istana.

Namun, ketika tiba di rumah Abdul Khodir, para prajurit tak menemukan respons karena dia memutuskan untuk diam.

Raja itu kemudian menginstruksikan kembali pasukannya untuk menuntaskan masalah tersebut agar tak ada hambatan atau ketidakseimbangan di istana.

Sayangnya, makna dari ‘menyelesaikan’ itu salah diinterpretasikan oleh pasukan militer.


Riwayat Selat Viens, Makanan Legendaris di Kota Solo, Dahulu Hanya Sebuah Warung Nusantara, Kini Menjadi Berbagai Cabang

Pasukan malah menghabisi Abdul Khodir. Tentu saja hal itu mengejutkan Sang Raja.

Putri kerajaan yang mengetahui kekasihnya tewas pun ikut berduka dan akhirnya sakIT sampai meninggal.

Akhirnya, kedua mayat itu dikuburkan di wilayah yang sama tetapi pada tempat yang berbeda sebab zona tersebut adalah kompleks pemakaman bagi keluarga kerajaan.

Namun, di era 1970-an terjadi suatu kejadian gaib.

Warga setempat memiliki impian agar dewi itu dapat bersatu dengan orang yang disayangnya.

Karena itu, dipindahkanlah rangka badan Dewi Lung Ayu.


Asal-usul Gilingan: Dahulu Zona Penggilingan Beras, Sekarang Menjadi Simbol Kota Solo yang Terkenal

Pada saat proses perpindahan tersebut, Pak Di si penambang kuburan bercerita bahwa dia memindahkan rangka mayat sang dewi kemudian mengkafankannya di sebelah makam Kiai Haji Abdul Khodir.

Di samping itu, ada juga sebuah keinginan supranatural lain yang mengharuskan mereka berdua untuk menikah.

Kemudian dipasangkan dua hiasan berbentuk mayang dan ritual uborampe pengantin diselenggarakan mirip dengan acara perkawinan.

Uniknya, tuwuhan dan sejumlah objek lain jatuh di petang hari karena terdorong oleh angin yang kuat, tetapi kemudian bangkit kembali esok paginya.


Artikel ini sudah dipublikasikan di Sonora.id