Ditemani Lagu Genderang Barongsai, Pendeta dan Suster Sebar Takjil di Semarang


Semarang,

– Di sepanjang jalanan Dr. Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, suasana mendekati waktu buka puasa pada hari Senin (17/3/2025), terlihat penuh dengan semangat kerukunan antara umat berbagai agama.

Dua barongsai yang berwarna merah dan kuning keluar ke jalanan, menghentikan para pengendara sepeda motor untuk memberikan bungkusan buka puasa kepada mereka.

Beberapa individu seperti pastor, perawati, dan pemeluk agama lainnya juga berpartisipasi dalam acara ini dengan mengantarkan paket buka puasa.

Bagi-bagi takjil disertai dengan pemukulan Genderang Barongsai, menghasilkan atmosfer yang penuh kegembiraan.

Penduduk yang tinggal di area warung terdekat dengan RS Kariadi pun menerima hadiah buka puasa gratis itu.

Setyawan Budy dari Koordinator Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Semarang menyatakan bahwa tujuan distribusi takjil kali ini adalah bagi para pemakai jalan yang melewati Jalan dr. Sutomo.

“Acara tersebut berlangsung melalui kolaborasi antara Soto Ayam Dargo Pak Wito dan Persaudaraan Lintas Agama (Pelita),” jelas Setyawan ketika dimintai keterangan pada hari Selasa (18/3/2025).

Sekitar 500 bungkus makanan berbuka disebarkan oleh wakil-wakil dari beberapa agama seperti Hindu, Buddha, Islam, Katolik, Kristen, dan aliran kepercayaan bebas.

Setyawan menyebutkan bahwa acara tersebut merupakan refleksi dari tingkat toleransi yang ada di Kota Semarang.

“Harapan kami dengan adanya acara ini adalah untuk meningkatkan rasa kebersamaan di antara masyarakat dari berbagai agama dan keyakinan, terutama yang ada di Kota Semarang,” katanya.

Pada saat bersamaan, Setyobudi R, seorang penjual soto yang menjadi salah satu pendiri acara tersebut, menegaskan pentingnya memelihara toleransi di Semarang.

” Ini bukan berasal dari satu atau dua individu, tetapi dari beberapa komunitas yang berbeda dalam hal kepercayaan agama. Kami tidak memisahkan mereka menjadi kelompok-kelompok terpisah, melainkan menjadikannya sebagai sebuah kesatuan,” ungkapnya.

Setyobudi pun mengatakan bahwa sikap toleransi di Kota Semarang menciptakan suasana yang menyenangkan dan tenang dalam kehidupannya di kota itu.

“Ini semua tentang penyatuan kita. Bukan hanya selama bulan puasa, melainkan juga ketika merayakan Natal atau acara lainnya. Itulah visi bersama yang sejati yaitu dengan mementingkan rasa cinta di antara sesama,” demikian katanya menutup pembicaraan tersebut.

Acara tersebut menggambarkan kerjasama erat antar umat berbeda agama di Semarang, sekaligus memberikan bukti konkret tentang jiwa saling pengertian dan kesatuan dalam lingkungan masyarakat.