Ekonomi Terancam: IHSG Turun Menandakan Kekarutan Indonesia





,


Jakarta




Indeks Harga Saham Komposit (IHSG)
Merosot sampai 6,12% pada akhir perdagangan sesi pertama, Selasa, 18 Maret 2025. Menurut Achmad Nur Hidayat, seorang ekonom dan dosen dari UPN Veteran Jakarta, penurunan indeks komposit itu menggambarkan kelemahan dalam struktur ekonomi Indonesia.


Hidayat mengatakan bahwa penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak hanya disebabkan oleh ketidakstabilan global. Dia menambahkan, “Ini juga menjadi peringatan bahwa struktur ekonomi Indonesia sangat bergantung pada barang mentah, kurangnya inovasi, serta jebakan berutang yang digunakan untuk mendanai kebijakan popular.” Pernyataan ini disampaikannya lewat catatan tertulis pada hari Selasa, tanggal 18 Maret 2025.


Salah satu indikator kelemahan itu, sebut Hidayat, disebabkan oleh Indonesia yang masih mengandalkan model ekonomi berasaskan barang mentah. Beberapa contohnya meliputi pendapatan dari ekspor yang mayoritas datang dari batubara, CPO atau minyak kelapa sawit murni, serta nikel.


Hidayat menegaskan bahwa tiga komoditas itu memberikan kontribusi hingga 35% dari total pendapatan ekspor di Indonesia. Menurutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut goyah saat harga ketiganya merosot antara 10 sampai 15 persen pada semester I tahun 2025 karena penundaan dalam permintaan dunia. Dia menjelaskan lebih lanjut, “Hal ini secara langsung memukul performa perusahaan-perusahaan tambang yang memiliki bobot besar dalam nilai pasarnya.”


Menurutnya, situasi tersebut semakin memburuk akibat rendahnya perkembangan dalam bidang keragaman ekonomi. Sebagai contoh, sumbangan sektor industri ke Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tetap tertahan pada kisaran 19% sejak tahun 2020.


Pada pandangannya, kebijakan pemerintah terkait dengan keragaman dalam bidang ekonomi dinilai kurang sesuai. “Seharusnya mendukung proses industrialisasi, namun mereka lebih cenderung menggunakan aturan pelarangan eksport produk mentah (proses downstream), hal ini justru meredupkan kemampuan bersaing,” ungkap Hidayat.


Misalnya, katanya lagi, semacam pelarangan ekspor nikel ketika pembangunan smelter masih belum sukses secara besar-besaran. Menurut Hidayat, keputusan tersebut hanya memberikan manfaat bagi sebagian kecil pengusaha berskala besar saja, sedangkan perusahaan pertambangan skala kecil merosot.


Di samping itu, Hidayat mengatakan bahwa beberapa keputusan yang populer di antara masyarakat pun memberikan dampak negatif pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Keadaan tersebut ikut memperlemah perekonomian Indonesia.


Dia memberikan contoh berbagai kebijakan populer seperti Makan Bergizi Gratis, subsidi energi, serta bantuan tunai dan sosial, sampai dengan proyek-proyek infrastruktur besar seperti Ibu Kota Nusantara (IKN) yang kurang menghasilkan pendapatan. Menurut Hidayat, sejumlah program tersebut ikut mendorong terjadinya defisit dalam Anggaran Pendanaan Belanja Negara (APBN).


Hidayat menyampaikan bahwa tindakan pemerintah yang menggunakan utang untuk melapisi defisit APBN malahan menjadi suatu hal yang membuat cemas. Dia berpendapat bahwa kebijakan tersebut bukan saja memberi beban pada kondisi finansial negara, namun juga merusak citra keuangan publik di hadapan para investor. “Sulitnya dipertanyakan, asing selalu mengurangi investasi mereka di pasar saham Indonesia; aliran uang keluar oleh investor asing telah mencapai angka Rp 10 triliun dalam bulan terkini.”


Menurut Hidayat, pemerintah tak dapat lagi mengabaikan perubahan ekonomi yang fundamental dan malah mencari solusi cepat dengan menutup defisit lewat pinjaman. “Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi indikator keraguan para investor tentang prospek ekonomi di Indonesia,” ungkapnya.


Perdagangan saham di sesi pertama Bursa Efek Indonesia pada hari Selasa, 18 Maret 2025 terpaksa ditangguhkan akibat penurunan IHSG yang mencapai lebih dari 5%.


Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia, Kautsar Primadi Nurahmad, menyatakan itu dalam pernyataan tertulisnya. Dia menjelaskan, “Kami ingin memberitahu bahwa pada hari ini, Selasa, tanggal 18 Maret 2025, telah diberlakukan freeze sementara untuk transaksi (trading halt) di sistem perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Keputusan ini dilaksanakan tepat pukul 11:19:31 WIB oleh Sistem Perdagangan Otomatis JakARTA (JATS), karena IHSG jatuh sebesar 5%.”


Aisha Shaidra


bersumbang dalam penyusunan artikel ini.


Airlangga Menemui Prabowo, Laporkan Penurunan Drastis IHSG