Drama Korea (drakor) When Life Gives You Tangerines yang tersedia di Netflix mulai tanggal 7 Maret 2025 telah sukses mengundang minat para pemirsa internasional.
Drama ini mengajak penonton untuk melihat kembali sulitnya kehidupan perempuan di masa lalu dan pengorbanan generasi terdahulu yang berjuang agar anak-anak mereka bisa hidup lebih baik.
Bukan hanya disebabkan oleh alur ceritanya yang menyentuh hati dan amat dekat dengan kehidupan nyata, daya tarik drama ini juga berasal dari judulnya yang istimewa.
Banyak orang merasa penasaran tentang makna sesungguhnya dari “jeruk bali” dalam drama ini serta hubungan antara buah itu sendiri dengan alur ceritanya.
Apakah Makna Tangerines di Dalam Drama Korea “When Life Gives You Tangerines”?
Sebagaimana dilaporkan oleh The Korean Times pada tanggal 10 Maret 2025,judul
Ketika Kehidupan Memberikanmu Jeruk Mandarin
Secara literal adalah terjemahan dari ungkapan dalam dialek Jeju, “Pokssak Sogatsuda,” yang artinya “Kau telah bersusah payah.”
Istilah “tangerines” (jeruk keprok/jeruk mandarin) dijudul tersebut tidak hanya sebagai hiasan, tetapi juga mewakili simbol dengan arti mendalam.
Tangerines melambangkan hasil usaha keras dan dedikasi penduduk Pulau Jeju, yang telah lama bergantung pada tanaman jeruk meski berhadapan dengan lingkungan ekstrem, khususnya selama musim dingin yang panjang sepanjang tahun.
Karena itu, tangerines dalam drama ini menjadi lambang perjuangan, harapan, dan keteguhan hati. Setiap jeruk yang berhasil dipanen melambangkan hasil dari usaha tanpa henti, meskipun penuh keterbatasan dan tantangan.
Hal ini secara bersamaan menggambarkan petualangan kehidupan sang karakter utama dalam drama, yaitu Ae-soon, yang berasal dari Jeju, serta generasi orangtua lainnya di era pascaperang Korea, yang harus bekerja ekstra untuk memastikan masa depan putra-putrinya.
Apabila diteliti lebih jauh, ide di balik judul drama tersebut mirip dengan peribahasa populer berbahasa Inggris, “Ketika hidup memberimu jeruk nipis, buatlah minuman segar dari itu.”
Kedua ungkapan tersebut mengandung makna sama: saat kehidupan memberi Anda hal-hal yang mungkin pahit, susah, atau tidak enak, rubah itu menjadi sesuatu yang bernilai dan memiliki arti.
Akan tetapi, bukannya menggunakan lemon, dramanya justru memilih tangerine sebagai simbol yang lebih sesuai dengan konteks budaya dan lokasi narasinya, yakni Pulau Jeju yang populer karena menjadi penyedia utama tangerine di Korea Selatan.
Dengan menggunakan symbol jeruk keprok, dramanya menegaskan bahwa menjalani hidup dengan ikhlas serta usaha yang gigih pada akhirnya akan berbuah hasil.
Sama seperti pohon jeruk yang diperlakukan dengan perhatian penuh, suatu saat nanti akan membuahkan hasil berupa buah yang lezat, segar, dan bermanfaat untuk kesehatan.
Demikian juga dengan hidup para karakter dalam drama Korea ini, yang walaupun dihadapkan pada berbagai batasan, masih dapat menyumbangkan kasih sayang serta usaha maksimal untuk keluarganya.
Sekilas tentang drama Korea berjudul “When Life Gives You Tangerines”
Drama
Saat Kehidupan Memberikanmu Jeruk Mandarin
menjelaskan petualangan kehidupan tiga generasi wanita di sebuah famili yang bermula dari Pulau Jeju.
Pemeran utama dalam cerita ini adalah Ae-soon, perannya saat muda dimainkan oleh IU sementara ketika dewasa diserap dengan baik oleh Moon So-ri.
Ae-soon menikah dengan Gwan-sik (diperankan oleh Park Bo-gum), seorang laki-laki sederhana yang besar di Jeju pada dekade 1950.
Cerita mereka dimulai saat situasi yang menantang setelah Perang Korea, di mana kedua belah pihak berusaha keras untuk mengarungi hidup dalam membentuk rumah tangga meski dengan segala keterbatasan.
Kisah dalam drama ini berkisar antara era 1960-an sampai sekarang, menggambarkan berbagai tantangan hidup mereka, baik itu sebagai sepasang suami istri ataupun sebagai orangtua.
Jika Kehidupan Memberikan Kamu Jeruk, yang memiliki 16 episod, bukan hanya fokus pada hubungan asmara antara Ae-soon dan Gwan-sik, melainkan juga mendiskusikan beragam masalah sosial yang masih sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Berikutnya adalah upaya pasangan tersebut untuk menanggulangi kesulitan keuangan dan pengorbanan yang sangat besar bagi masa depan putranya, Yang Geum-myeong (yang juga dimainkan oleh IU).
Di luar fokusnya pada masalah-masalah ekonomi, serial ini pun membongkar ketegangannya dengan norma-norma patriarkis yang sangat mendalam dan telah melekat erat di kalangan masyarakat saat itu.
Aesoon merupakan wanita yang menggemari buku-buku dan berniat untuk jadi seorang penyair. Akan tetapi, cita-citanya tersebut harus dimakamkan secara mendalam akibat keterbatasan akses pendidikan pada kaum hawa.
Pada akhirnya, Ae-soon memutuskan untuk mendukung keluarganya agar bisa bertahan hidup, melepaskan dulu hasrat personalnya sementara waktu guna menunaikan kewajiban sebagai seorang anak dan juga istri.
Gwan-sik juga mengalami hal serupa, dia memilih untuk meninggalkan impiannya menjadi seorang atlet renang demi menjaga Ae-soon dan membuat keputusan penting tentang hidup mereka berdua. Meski demikian, Ae-soon digambarkan sebagai wanita yang mandiri, tangguh, dan percaya diri.
Bukan hanya Ae-soon, cerita ini juga memperkenalkan berbagai karakter wanita dari usia yang berbeda, termasuk nenek Ae-soon yang dimainkan oleh Na Moon-hee serta Ibunya, Jeon Gwang-rye, diperankan oleh Yeom Hye-ran.
Dengan melalui tiga generasi wanita ini, penonton diajak untuk menyadari betapa para perempuan sepanjang zaman harus menanggung beban tekanan sosial serta bersikap adaptif terhadap norma-norma patriarki yang menciptakan pola hidup mereka.
Walaupun alurnya mudah dipahami, sinetron ini penuh dengan emosi. Menggambarkan petualangan cinta, rasa menyesal, serta harapan yang tak terbatas oleh waktu.
Melalui narasi tentang Ae-soon serta keluarganya yang menarik,
Ketika Kehidupan Memberikanmu Jeruk Mandarin
mengajarkan kita bahwa, sama seperti para petani di Jeju yang gigih menanam jeruk dan menuai mereka pada musim dingin, terdapat suatu kecantikan dalam setiap upaya dan kerja keras yang dilakukan untuk orang-orang tersayang.
