Pasar Tanah Abang dan Toko Emas Cikini Tetap Sepi Meski Lebaran Segera Datang


JAKARTA,

– Pasar Tanah Abang tetap sepi pengunjung meskipun Lebaran sudah dekat hitungan hari.

Sebenarnya, di tahun-tahun sebelumnya, Pasar Tanah Abang merupakan destinasi utama bagi masyarakat yang ingin berbelanja guna mempersiapkan Ramadhan atau mendekati hari raya Idul Fitri.

Umumnya, para pengunjung berkunjung untuk mencari pakaian Muslim seperti gamis, baju koko, kopiah, sarung, set perlengkapan salat, dan sebagainya. Tidak hanya itu, ada juga pembeli yang memboyong produk dalam partai besar dengan tujuan dikomersialisasi ulang.

Akan tetapi, pemandangan kerumunan pengunjung yang membludak di pasar menjelang akhir bulan Ramadhan sekarang sudah tidak terlihat lagi.

Keadaan yang mirip pun terjadi di Cikini Gold Center, area perdagangan perhiasan emas di Menteng, Jakarta Pusat.

Keluhan pedagang Tanah Abang

Kekhawatiran dari para penjual di Pasar Tanah Abang terkait dengan sepinya pengunjung. Beberapa pedagang menceritakan bahwa selama bulan Ramadhan, kepadatan tertinggi biasanya terjadi di hari Sabtu dan Minggu saja.

Sebenarnya, di tahun-tahun sebelumnya, pasar selalu dipenuhi pembeli hingga tiga bulan sebelum Ramadhan tiba.

Kondisi pasarnya tidak menentu dan berbeda dari tahun lalu. Saat ini, kita hanya bergantung pada hal tersebut.
weekend
“Hanya sedikit lebih ramai dibandingkan dengan hari kerja biasa, namun masih belum mencapai tingkat kepadatan seperti sebelumnya,” ungkap Helma, salah satu penjual pakaian gamis di Pasar Tanah Abang, pada Selasa (25/3/2025).

Keadaan pasaran yang lesu mengakibatkan penghasilan peniaga berkurangan. Jualan mereka terjun antara 15-20 peratus daripada tahun lalu yang mana sewaktu itu boleh mencapai puluhan juta rupiah setiap hari.

“Kalau
weekend
Cukuplah ramainya, pendapatannya pun lebih besar dibandingkan dengan hari-hari normal, mungkin sekitar 5 persen di atas Pendapatan harian rata-ratanya ( Rp 5 juta ),” ungkap Helma.

Pedagang lain bernama Novi (30) pun mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap keadaan di Pasar Tanah Abang yang saat ini lebih sepi jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu.

“Tidak terlalu ramai dibandingkan dengan tahun lalu. Jika tahun lalu pembelinya bercampur-baur,” ujar Novi.

Novi mengatakan, pembeli di Pasar Tanah Abang tahun ini tidak lagi merasakan kepadatan yang ekstrem.

Namun demikian, kesepian para pembeli di Pasar Tanah Abang tidak terjadi setiap harinya.

“Selain pada hari Sabtu dan Minggu, tempat tersebut cukup ramai dan tidak terlalu sepi dibandingkan dengan hari-hari normal. Namun, masih belum seperti dulu yang sangat padat,” jelasnya.

Turun drastis

Para pedagang emas di Cikini Gold Center juga menyuarakan keluhan serupa. Misalkan saja Andi (44), ia menuturkan bahwa jumlah pelanggan ke tokonya anjlok secara signifikan mendekati hari Lebaran kali ini.

“Kosongnya penjualan emas selama satu hari adalah hal yang biasa,” ujar Andi ketika ditemui untuk wawancara.
di lokasi, Selasa (25/3/2025).

Andi mengira, peningkatan biaya emas menjelang Lebaran adalah salah satu alasan utama kurangnya minat pembeli.

“harga emas meningkat menjadi Rp 1,7 juta per gram dari yang semula di awal Maret hanya mencapaiRp 1 juta per gram,” terangnya.

Karena keadaan itu, penghasilan Andi berkurang drastis. Sebaliknya, di tahun-tahun sebelumnya, dia mampu mendapatkan puluhan juta rupiah dalam sehari menjelang Idul Fitri.

“Saat ini turun menjadi 50 persen,” ujar Andi.

Kondisi tersebut juga menyebabkan Andi merasa kebingungan karena dia perlu menyiapkan segala sesuatu untuk lebaran.

“Lebih parahnya lagi sekarang menjelang Lebaran dan ingin membeli berbagai perlengkapan, tetapi dengan penjualan yang menurun membuat saya menjadi cemas,” katanya.

Pesanan serupa datang dari seorang pedagang yang bernama Oki (50). Jika dibandingkan dengan bulan Ramadhan tahun sebelumnya, jumlah konsumen mengalami penurunan yang cukup besar.

“Pembelinya sangat jarang, bahkan sampai hening. Ada kalanya dalam sehari tidak ada yang membeli,” ujar Oki.

Oki mengatakan bahwa hal ini terjadi karena keadaan perekonomian di Indonesia saat ini tengah bermasalah.

“Bila upah karyawan meningkat, mereka tentu akan membeli emas. Tetapi, dengan situasi ekonomi saat ini yang lesu, emas sebagai barang non-esensial sudah jarang diminati,” katanya.

Seperti halnya Andi, Oki mencurigai bahwa minat publik untuk membeli emas menurun akibat kenaikan harga sebesar dua kali lipat.

“Harga emas berkaliber 70 persen naik menjadi antara Rp 1,3 hingga Rp 1,5 juta, sementara pada tahun lalu harga tersebut berkisar antaraRp 600.000 sampai Rp 700.000,” kata Oki.

Di tahun-tahun terdahulu, pendapatan dari penjualan perhiasan emas di gerai Oki dapat menyentuh angka hingga Rp 80 juta setiap harinya, sebuah nominal yang sangat kontras dibandingkan periode sekarang.

“Bila saat ini pendapatan telah menurun 70-80 persen (dari penjualan tersebut),” ujarnya.