Wanita Terkaya Indonesia Hilang US$ 3,6 Miliar Dalam 3 Hari saja


.CO.ID – JAKARTA.

Kepribadian para wanita terkaya di Indonesia berfluktuasi bersamaan dengan naik turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sebagai berlanjut selama tiga pekan secara berturut-turut, Marina Budiman pernah menduduki posisi sebagai wanita paling kaya di tanah air dengan pertambahan harta sebesar kurang lebih US$ 350 juta tiap hari yang setara denganRp 5,78 triliun.

Di pertengahan bulan Maret, sang pemilik utama dari operasi pusat data terbesar di Indonesia tersebut berada di puncak kekayaan dengan aset senilai US$ 7,5 miliar atau setara denganRp 123,75 triliun sesaat setelah harga sahamnya naik mencapai kenaikan maksimum harian (ATR). Ini menjadikannya orang wanita terkaya di tanah air versi indeks Penghitung Kekayaan Billions milik Bloomberg.


Moncer, DCI Indonesia (DCII) Meraih Keuntungan bersih Sebesar Rp 796,47 Miliar pada tahun 2024

Akan tetapi, harga saham DCI Indonesia (DCII) mendadak jatuh. Dalam kurun waktu tiga hari, kekayaan Budiman berkurang separuhnya, memperpanjang deretan kenaikan dan keruntuhan saham di tanah air.

Secara umum, Budiman serta beberapa miliardder seperti Otto Toto Sugiri dan Han Arming Hanafia selaku pemilik utama saham DCI melihat total kekayaannya naik hampir US$ 17 miliar sebelum kemudian mengalami penurunan drastis. Diakhir sesi bursa hari Selasa, harga saham DCI sudah berkurang lebih dari separuh kenaikan yang didapat semenjak awal pergerakan bullish di pertengahan Februari.

Ketidakstabilan nilai saham yang ekstrim telah menjadi masalah utama di bursa efek Indonesia. Belum lama ini, puluhan emiten melihat peningkatan harga hingga ratusan persen dalam rentang waktu bertahun-tahun, meskipun performa finansial dasarnya tidak menunjukkan pertumbuhan signifikan.

DCI mengakhiri aktivitas perdagangannya pada hari Selasa dengan nilai pasarnya mendekati US$ 17 miliar, meskipun pendapatannya tahun lalu baru berada di angka US$ 112 juta dan keuntungan US$ 49 juta. Harga saham perusahaan ini ditransaksikan lebih dari 416 kali lipat dari labanya, menjadikannya yang tertinggi dibandingkan grup perusahaan serupa yang diamati oleh Bloomberg.


Harga Saham Melambung Tinggi, DCI Indonesia (DCII) Rencana Stock Split

Salah satu alasan di balik hal ini adalah adanya berbagai perusahaan yang memiliki volume perdagangan saham amat rendah. Budiman, Sugiri, Hanafia, serta pemilik saham utama lain seperti taipan miliarder Anthoni Salim yang merupakan pendiri grup Salim, memegangi sekitar 78% dari total saham DCI.

Dari total 2,4 miliar saham yang beredar, baru sebanyak 80.400 saham saja yang diperdagangkan sampai tengah hari Rabu di Bursa Efek Jakarta, sementara itu jumlah tersebut jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan ratusan atau ribuan saham yang diperjualbelikan oleh perusahaan-perusahaan lainnya di Indonesia dengan skala serupa.

DCI belum menanggap permintaan komentarnya.

“Perubahan harga DCI dipengaruhi oleh keterbatasan jumlah saham yang bebas ditransaksikan,” jelas Mohit Mirpuri, seorang manajer dana dari SGMC Capital Pte di Singapura.

“Selisih antara harga beli danjual sangat kecil, sehingga posisi yang cukup besar dapat mempengaruhi pergerakan saham dengan signifikan,” kata Mirpuri.

DCI berada di posisi sebagai saham dengan performa terlemah saat Indeks Saham Acuan Indonesia anjlok pada hari Selasa, yang kemudian menyebabkan jeda perdagangan sekitar 30 menit. Trader meyakini bahwa hal ini disebabkan oleh beberapa alasan termasuk kecemasan akan tindakan-tindakan populist dari Presiden Prabowo Subianto, pembenaran paksa, serta keragu-raguan tentang kepemimpinan dalam Kementerian Keuangan.

“Penurunan tersebut sungguh mengagetkan dan kedatangannya yang tiba-tiba berhasil mengejutkan pasar,” ungkap Nirgunan Tiruchelvam, seorang analis dari Aletheia Capital di Singapura.


DCI Indonesia (DCII) Berfokus Menyelesaikan Konstruksi Pusat Data di Surabaya

Sebelum terjadi perubahan arah harga belakangan ini, DCI bisa jadi telah memperoleh keuntungan dari investor yang berspekulasi bahwa permintaan untuk pusat data bakal tetap meningkat dan menggerakkan masuknya modal asing. Misalnya saja, seperti dilaporkan Bloomberg News Jumat kemarin, Oracle Corp tengah berunding dengan pihak pemerintah Indonesia tentang pendirian sentra layanan awan di negeri kita sendiri.

Budiman, yang telah mencapai usia 63 tahun, turut serta dalam mendirikan DCI sekitar sepuluh tahun silam. Sugiri (71) beserta Hanafia pun menjadi founder lainnya bagi bisnis tersebut.