Kisah Menginspirasi: Keteguhan Sabar Tanpa Batas

Cerita Menginspirasi: Ketahanan Tanpa Batasan

Pada kesempatan kali ini biarkanlah saya menceritakan tentang perjalanan hidup seorang wanita luar biasa bernama Ikah. Semoga cerita tersebut dapat menjadi inspirasi dan memungkinkan kita melakukan introspeksi diri sehingga selalu merasa syukur atas kondisi saat ini walaupun terkadang ada batasannya.

Sejak muda, dia sudah terlatih untuk bersikeras bekerja guna mendukung keluarganya dan belum sempat memperoleh peluang pendidikan. Hingga kini dirinya masih belum dapat membaca. Gairahnya dalam menolong kedua orangtuanya mencari kangkung di kolam ikan atau lokasi lain yang kemudian dipasarkannya di pasar telah merampas waktu kecilnya. Waktu yang semestinyalah digunakan untuk bergembira ria dengan teman-teman seusianya malahan disingkirkan hanya karena ingin menyokong kedua orangtunya.

Sampai pada masa remajanya yang belum mencapai umur dua puluh tahun, ia sudah menikah dengan seseorang yang pernah sekolah namun gagal menyelesaikan pendidikannya. Kehidupan bersama suami bukankah jalan menuju kebahagiaan; mereka harus bekerja ekstra demi meraih kemandirian finansial. Ditambah lagi sikap sang suami yang sering kali kurang baik, namun dia terus tabah sampai akhirnya mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Ia bermimpi agar suaminya bisa membuka bisnis dalam bidang budidaya benih ikan. Pasalnya, wilayah dimana dirinya bertempat tinggal didominasi oleh para peternak kolam ikan serta sawah padi. Saat ini, konsep penggabungan antara pemeliharaan ikan dan tanaman padi atau dikenal sebagai sistem “minapadi” sedang populer digunakan disini.

Berawal dari kerja keras mereka berdua mulai dari titik nol, pertanian cabai, ikan, dan beras telah membawa sang suami untuk dapat mendirikan sebuah rumah yang lumayan layak. Rumah tersebut dulunya sangat sederhana namun saat ini sudah diperbaiki hingga setara dengan milik orang-orang pada umumnya. Akan tetapi ujian dalam kehidupan datang kepada suaminya. Ketika dia sedang berhasil dalam bisnis pembibitan ikan serta merasakan kemudahan finansial, ia tiba-tiba tergoda oleh hasrat ingin mengejar perempuan lain.

Kehidupan yang tadinya damai sekarang menjadi ricuh setiap harinya tanpa kendali, sampai-sampai perdebatan itu ditampilkan di hadapan buah hati mereka. Belum lagi dia tidak memberikan hak-hak istrinya secara materi maupun spiritual dan malahan lebih memilih hidup bersama wanita lain sebagai kekasih gelapnya. Hal yang paling mengejutkan adalah mengapa dirinya bisa cuek biarkan istrinya berjuang melawan badai sendirian saat ia justru menggunakan hasil jerih payahnya untuk membeli properti bagi pasangan barunya. Dimana rasa prihatin atau empatinya? Bukankah ini seperti ungkapan ‘habis manis sepah dibuang’?

Apa yang menyentuh hati adalah ketidakterbatasan kesabaran mereka. Meskipun merindukan perpisahan, namun masih bisa menikmati tiap tantangan dengan semangat yang teguh. Tiap harinya dia akan menjenguk warga desanya yang sedang mencari ikan, kemudian membeli serta membersihkannya sendiri; terkadang ditemani oleh anaknya atau melakukannya seorang diri, lantas dipanggang. Aktivitas ini senantiasa ia kerjakan saat berhasil mendapat hasil tangkapan. Selepas shalat ashar, produk-produk itu dikirim ke pasarnya lewat kendaraan becak. Di tempat tersebut sudah ada pembeli-pembeli tetap yang rutin datang untuk melakukan transaksi.

Jika hanya memanggang sedikit mungkin tidak terlalu lelah, tetapi kali ini lebih dari lima puluh hingga satu kuintal. Suami sama sekali tidak membantu dalam upayanya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan anaknya seperti halnya tugas suaminya. Ketika hasil panen ikan kurang, dia merawat ladang cabe-nya sendiri, walaupun kadang-kadang juga menanam sayuran.

Caranya untuk tetap bertahan lumayan panjang, namun ketika kesabarannya mendekati batas akhir, ia mulai mencari untung dari hasil menjual ikan dan cabai. Kemudian timbullah pikiran untuk memakai bantuan dukun. Ia telah berkunjung ke berbagai macam dukun sehingga merogoh kocek dalam-dalam. Sayangnya semua usaha tersebut sia-sia, tidak satupun yang berhasil. Upaya ini dijalankan hingga pada titik puncak, bahkan menyebabkan suaminya meninggalkan selingkuhannya. Akan tetapi ada harga yang perlu dibayar yaitu kemampuan fisiknya sebagai seorang laki-laki akan turun secara permanen seumur hidupnya.

Dia tidak peduli tentang hal tersebut dan syukur Alhamdulillah, situasi keluarganya semakin baik. Beberapa saat kemudian, suaminya berminat untuk hijrah dari Jawa menuju kepulauan lain guna menegakkan komitmennya bersama istrinya demi memperbaiki kesalahan yang telah dia lakukan dalam beberapa tahun belakangan ini. Keinginan itu akhirnya terealisasikan dengan cara menjual properti mereka seperti tanah dan rumah sebagai modal perpindahan, pembelian tempat tinggal serta lahan baru di daerah tujuan.

Di lingkungan baru ini, proses penyesuaian berjalan tanpa banyak kendala karena masih banyak orang dari kelompok yang sama. Dia mulai membuka lahan tadahan di area semak-semak dan mengubahnya menjadi kolam ikan; dia adalah pionir dalam hal ini karena air di wilayah tersebut cukup masin. Tetapi sang suami berhasil mentradisiinya sehingga sesuai untuk budidaya ikan. Karena keterampilannya, dia sering dikunjungi oleh pejabat baik tingkat kabupaten maupun provinsi serta mendapatkan sorotan media. Selain itu, lembaga-lembaga tersebut juga menyediakan dukungan finansial bagi perkembangan bisnis mereka. Sayangnya, beberapa pegawai tidak bertanggung jawab menggunakan situasi ini demi keuntungan diri sendiri. Walau demikian, meski sedikit geram, pasangan ini tetap menerimanya dengan sabar.

Tantangan paling berat dialami saat usaha tambakannya sudah berkembang pesar dan ia memperoleh pengakuan baik di kalangan masyarakat maupun instansi setempat. Niat cemburu timbul pada saudara laki-laki pasangannya dengan tujuan ingin meruntuhkan bisnis suaminya hingga gulung tikar. Bahkan dilakukan praktik sihir guna menyingkirkan suaminya secara permanen karena dia merupakan putra sulung keluarga yang dimusuhi ini. Meskipun begitu, ternyata saudara tersebut justru lebih banyak mengonsumsi warisan ayah ibu suaminya sendiri. Walau demikian, tuduhan malahan ditujukan kepada sang suami.

Disebabkan oleh usaha kakaknya untuk mencoblos bisnis mereka serta berniat membunuh tapi tidak berhasil sehingga sang suami selamat. Walau demikian, luka parah tersebut hampir menelan nyawa korban dan tambak ikan milik mereka pun gulung tikar karena racun. Ungkapan ini mirip seperti orang yang sedang terjatuh malahan ditimpa batu besar lagi. Akan tetapi, keduanya yaitu si suami dan istrinya masih bertahan bersama-sama dalam memperkuat hubungan demi melewati ujian dengan kesabaran serta percaya sepenuh hati pada kasih karunia Tuhan kepada mereka walaupun banyak ancaman hitam magis belum tentu dapat menjalar ke lingkungan keluarga mereka.

Sampai saat ini, dia menikmati kehidupan pensiun bersama pasangan. Banyak tugas rumah tangga yang semestinyanya harus ditangani oleh suami, namun dia dapat melakukannya dengan baik. Kehidupan yang dijalani dalam waktu ujian telah membentengi serta mengajarkan ketahanan hingga akhirnya menjadi biasa untuk bertindak sendiri-sendiri. Dia pun sering kali merasakan kedamaian dari usaha pertanian mereka berdua dan kadang-kadang senang rasanya bila anggota keluarga lain seperti anak-anak atau cucu berkumpul bersama. Pendirian utamanya adalah tidak mau memberikan beban kepada putra-putrinya; asalkan masih sehat dan kuat, dia akan terus menanam cabe, padi, bahkan juga menjaga ikan lele.

Dari kisah itu, minimal kita mendapatkan pelajaran bahwa kita tidak dapat meramalkan bagaimana masa depan akan berlangsung. Sehingga lewat pengalaman ini, harapan kami adalah putra-putri kita tidak harus menjalani jalan yang serupa. Di era dimana kita masih memiliki tenaga untuk berkarya, penting bagi kita untuk menggunakan waktu dengan bijaksana demi menciptakan hari tua yang lebih nyaman nanti. Selain bersedia menerima kelemahan serta kekuatan satu sama lain tanpa lupa pada titik tertinggi kesuksesan, juga ingatlah mereka yang senantiasa ada ketika kita butuh pertolongan. Keyakinan menjadi hal fundamental dan menunjukkan martabat diri. Komitmen utama dalam rumah tangga seharusnya membuka ruang saling transparansi dan integritas supaya garis komunikasi tetap lancar. Jikalau cinta mulai pudar, diskusi lah masalah tersebut dengan cara yang baik agar kita tidak sampai menyakitinya apabila benar-benar sulit dipulihkan.