Kisah Warga Berau Kaltim: Menyambut Idul Fitri dengan Penuh Haru di Tengah Banjir


BERAU, SUDUTBOGOR

– Banjir musiman yang menghantam Kabupaten Berau di Kalimantan Timur kali ini termasuk dalam daftar banjir paling parah sepanjang masa.

Banjir luas yang mencapai pusat Kota Tanjung Redek serta area sekitarnya menyulitkan banyak penduduk dalam menjalankan aktivitas mereka, terlebih lagi di desa-desa yang terpengaruh seperti Tumbit Melayu, Tumbit Dayak, Pegat Bukur, dan Kelay.

Walau shalat Idulfitri tetap bisa dilakukan, akses ke rumah penduduk di wilayah yang terkena dampak hampir tidak tersedia lagi.

Beberapa bagian jalan terendam air, membuat lalu lintas menjadi tersendat.

Para warga yang berencana pulang kerumah seusai salat Id terpaksa harus mencari rute lain atau tetap menetap ditempat yang lebih aman.

Mulyadi (47), seorang penduduk Teluk Bayur, menyatakan bahwa Idul Fitri tahun ini memiliki perbedaan dibanding dengan hari raya yang lalu.

“Meskipun kami masih dapat melaksanakan salat Id, namun sesudahnya bila ingin kembali, seluruh area sudah terendam air. Jalan-jalan pun dipenuhi genangan air, jadi kami harus memaksa menggunakan sepeda motor untuk mudik ke rumah keluarga,” ungkap Mulyadi kepada
SUDUTBOGOR,
Selasa (1/4/2025).

Pada sejumlah lokasi di area permukiman tersebut, penduduk terpaksa mengandalkan perahu untuk bisa sampai ke tempat tinggal masing-masing.

Azizah (22), seorang penduduk dari Kampung Pegat Bukur yang terkena dampak, menyampaikan rasa kecewa dan sedihnya karena tak dapat memperingati Idul Fitri di desanya sendiri.

“Umumnya kita memasak ketupat, berkumpul bersama keluarga, tetapi saat ini saya tidak dapat merayakan Lebaran di tempat itu, rasanya sangat sedih karena disana listrik dan jaringannya mati total,” katanya.

BMKG sebelumnya sudah mengingatkan tentang kemungkinan terjadinya banjir rob yang akan menjadi lebih parah disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi.

Kepala BMKG Berau, Ade Heryadi, menyatakan bahwa selain kenaikan permukaan air lautan, arus air yang berasal dari hulu Sungai Kelay semakin memperburuk situasi.

“Air sungai yang berasal dari daerah atas bergabung dengan air laut, menyebabkan area genangan menjadi lebih besar dan cenderung tidak mudah surut,” jelas Ade pada hari Minggu (30/3/2025).

Kantor Penyelenggara Pengendalian Bencana Wilayah (BPBD) Berau menyatakan bahwa mereka tetap melakukan pemantauan kondisi serta menyalurkan bantuan darurat.

Kepala Bagian Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat, mengungkapkan bahwa mereka sudah menuntut jajaran di masing-masing kecamatan agar waspada.

” Kami mencoba untuk menyediakan bantuan dengan cepat, namun terdapat batas pada sumber daya yang tersedia,” katanya.

Beberapa penduduk ingin pihak berwenang secepatnya melakukan tindakan nyata untuk mengatasi banjir serta memastikan hal ini tidak terulang lagi di kemudian hari.

Pada saat yang sama, kelompok relawan dan lembaga kemanusiaan pun mulai mengalirkan dukungan dalam bentuk makanan, pakaian, serta perbekalan penting lainnya.

Penduduk diimbau agar terus berhati-hati karena kondisi cuaca diprediksi masih akan sangat ekstrim dalam beberapa hari mendatang.